Pembantaian Ambon dan Sengketa Rempah Global Abad XVII
Keywords:
tragedi pembantaian Ambon, East India Company, Vereenigde Oostindische CompagnieAbstract
Artikel ini membahas dampak jangka panjang Tragedi Pembantaian Ambon (yang pada saat itu disebut Amboyna) pada tahun 1623 terhadap dinamika perdagangan, diplomasi, dan konstruksi memori antara Inggris; melalui East India Company (EIC) dan Belanda; melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Nusantara hingga awal abad ke-20. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah Kuntowijoyo (2013) yang mencakup lima langkah berupa penentuan tema, heuristik, verifikasi sumber, interpretasi, dan historiografi, penelitian ini mengkaji perubahan strategi dagang dan hubungan diplomatik kedua perusahaan setelah insiden tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tragedi ini mempercepat pergeseran pola perdagangan EIC dari Maluku ke wilayah lain di Asia, sementara VOC memperkuat kontrol militernya atas jalur rempah. Konflik pasca-tragedi juga membentuk kebijakan diplomatik yang lebih agresif dan kompetitif dari kedua belah pihak. Selain itu, Tragedi Pembantaian Ambon menjadi simbol dalam narasi publik dan dokumen resmi yang saling bertentangan, baik sebagai bentuk legitimasi kekuasaan maupun sebagai alat propaganda, baik dari sisi Belanda maupun Inggris. Temuan ini memperlihatkan bahwa skala cakupan Tragedi Ambon sebagai titik balik penting dalam sejarah perdagangan Rempah dan politik memori di kawasan Nusantara pada abad ke-17.